Koneksi Antar Materi Modul 3.1 – Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi hal tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelum itu, saya akan mengutip kata-kata bijak berikut untuk direnungkan oleh kita semua.

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

“Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?” (Nadiem Makarim, 2020)

Ki Hajar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan sesuai dengan koneksi antar materi modul 3.1.

Seorang pendidik selain bisa mengajar atau transfer ilmu juga harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Selain itu seorang pendidik juga harus bisa menuntun dan mendampingi muridnya menuju sukses sesuai dengan bakat minatnya. Selain itu pendidik juga harus memiliki kompetensi sosial emosional (KSE) yang baik sesuai dengan nilai-nilai kebajikan. Hal ini akan tercermin dalam perilaku kesehariannya, sehingga seorang pendidik dapat menjadi role model bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal. Dengan demikian setelah lulus murid diharapkan bisa mendapatkan pengetahuan keterampilan dan karakter yang baik sesuai dengan profil pelajarar pancasila.

Dalam menjalankan perannya, kita sebagai seorang pendidik harus mampu memberikan kontribusi bagi peserta didik, dimana dalam setiap pengambilan keputusan harus berpihak kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Kita menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah, nilai-nilai apa yang akan dijunjung tinggi, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Jadi seorang pendidik senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut:

“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.”
(Ki Hajar Dewantara)

Pada Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Dari kalimat diatas seorang pendidik harus bisa membimbing dan mengarahkan muridnya untuk mengeksplore bakat dan minatnya sehingga bisa mempunyai kompetensi dan karakter yang kuat sebagai bekal hidup baik sebagai individu atau hidup bermasyarakat nantinya. Karena pendidikan saat ini adalah adalah cerminan genarasi yang akan datang sebagai penerus perjuangan bangsa. Selain itu pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma-norma  sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya.

Setelah memahami beberapa hal informasi diatas, berikut adalah keterkaitan dari beberapa hal diatas dengan materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan ini:

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka adalah filosofi yang dicetuskan oleh KHD yang terdiri dari tiga unsur, yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Pratap Triloka memiliki keterkaitan dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran karena memberikan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran dalam berinteraksi dengan murid dan rekan sejawatnya.

Menurut Pratap Triloka, seorang pemimpin harus bisa memberikan teladan yang baik (Ing Ngarso Sung Tuladha), membangun motivasi dan semangat (Ing Madya Mangun Karsa), dan memberikan dukungan atau bimbingan (Tut Wuri Handayani) kepada murid-muridnya. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus menerapkan nilai-nilai Pratap Triloka dalam mengambil keputusan yang berpihak pada murid dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan serta dengan penuh tanggung jawab atas keputusannya. Seorang pemimpin pembelajar juga harus memiliki kompetensi untuk pengelolaan sosial dan emosi (KSE) dalam menghadapi dilema etika yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Pratap Triloka juga memberikan arahan bagi seorang pemimpin pembelajar untuk menjadi fasilitator dan coach bagi murid dan rekan-rekan sejawat dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan nyaman.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang dapat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan. Nilai-nilai kebajikan seperti empati, welas asih, keadilan, kasihan, dan tanggung jawab dapat menjadi acuan dalam menentukan pilihan yang sesuai dengan etika dan moral. Namun, nilai-nilai tersebut juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, serta mempertimbangkan dampak dan konsekuensi dari keputusan yang diambil. Oleh karena itu, pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan membutuhkan keterampilan penalaran, kesadaran diri, dan keterampilan sosial. Tentu dalam hal ini dalam mengambil keputusan harus berpegang teguh pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Coaching adalah proses yang melibatkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memperluas pandangan, mempertimbangkan berbagai opsi, memprediksi dampak, dan menentukan keputusan yang efektif. Seorang coach akan menggali potensi dan keahlian yang dimiliki seorang coachee untuk menemukan solosi yang dihadapi atau ide-ide segar yang dimiliki seorang coachee. Coaching juga dapat meningkatkan kesadaran diri, tanggung jawab, komunikasi aktif dan pasif, kolaborasi, dan keterampilan sosial emosional yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Coaching juga sejalan dengan filosofi pratap triloka KHD yang menggambarkan peran pendidik sebagai teladan, pencipta ide, dan pemberi motivasi. Oleh karena itu, coaching dapat dikatakan sangat membantu dalam pengambilan keputusan.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan seorang pemimpin pembelajar dalam sosial emosi dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang dalam hal ini benar melawan benar atau disebut dilema etika. Artinya keputusan yang diambil adalah benar semua. Nilai-nilai kebajikan Sosial emosi adalah keterampilan yang berkaitan dengan pengenalan, pengelolaan, dan ekspresi aspek sosial dan emosional pada diri sendiri dan orang lain. Ada 5 kompetensi sosial dan emosional (KSE) antara lain kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambil keputusan yang bertanggung jawab. Guru yang memiliki kemampuan sosial emosi yang baik dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan murid, membangun dan mempertahankan hubungan positif, merasakan dan menunjukkan empati, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab sesuai dengan KSE. Kemampuan sosial emosi ini dapat membantu guru dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dilema etika yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Guru yang memiliki kesadaran diri, tanggung jawab, dan etika yang baik dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan berpihak pada murid.

Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan bayak hal yang bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:
– Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
– Menentukan siapa saja yang terlibat
– Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
– Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
– Pengujian paradigma benar lawan benar
– Prinsip Pengambilan Keputusan
– Investigasi Opsi Trilemma
– Buat Keputusan
– Tinjau lagi keputusan dan refleksikan

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Dari pembahasan studi kasus yang sudah dipelajari semua bermuara kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik sangat berpengaruh terhadap pengambil keputusannya baik itu masalah moral atau etika. Dalam mengambil keputusan moral atau etika, seorang pendidik yang memiliki nilai-nilai kebajikan yang baik akan lebih cenderung untuk memilih tindakan yang benar dan sesuai dengan etika, karena mereka memiliki pandangan dan prinsip yang jelas mengenai hal tersebut. Seorang pendidik yang memiliki integritas dan kejujuran akan selalu memilih tindakan yang jujur dan transparan, sedangkan seorang pendidik yang memiliki empati akan mempertimbangkan efek tindakan mereka terhadap murid dan orang lain yang terkait.

Selain itu, seorang pendidik yang memiliki nilai-nilai kebajikan yang baik juga akan memberikan contoh yang baik bagi muridnya. Dengan memberikan contoh yang baik, guru dapat membantu muridnya untuk mengembangkan nilai-nilai kebajikan yang sama dan membentuk karakter yang baik. Oleh karena itu, nilai-nilai kebajikan seorang guru sangat penting dalam membentuk lingkungan yang positif, kondusif, aman, nyaman, dan menyenangkan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan paling tepat yang artinya berdampak negatif sangat minimalis. Dari pengalaman saya dan berdiskusi dengan senior untuk memdapatkan sebuah keputusan yang tepat harus mensejajarkan antara 3 unsur tidak boleh ada yang lebih prioritas. Dengan cara kompromi dengan berbagai pihak yang terkait dengan harapan tidak ada yang sangat dirugikan. Selain itu dari hasil diskusi tersebut bisa dihasilkan solusi jalan keluar atau disebut dengan istilah investigasi Opsi Trilemma. Selain itu keputusan yang diambil kalau tidak sesuai dengan hati nurasi atau nilai-nilai kebajikan pasti akan bertolak belakang sehingga keputusan tersebut bisa dipertimbangkan kembali melalui dengan cara refleksi.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pasti ada tantangan dalam mengambil keputusan khususnya dalam kasus dilema etika. Keputusan yang diambil tentunya tidak semua pihak akan menerima dengan besar hati. Itu menjadi tantangan tersendiri untuk mengkomunikasikannya sehingga semua pihak bisa menerima keputusan tersebut. Dari 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil haruslah sejajar dari ketiga unsur tersebut, artinya tidak ada yang dihilangkan. Apalagi paradigma dilingkungan sekitar saya menerapkan budaya positif yang dimulai dari pembiasaan disiplin positif yang muncul dari internal atau kesadaran diri tentu ini membutuhkan upaya yang maksimal dari semua pihak dilingkungan sekolah.

Kaitan antara tantangan menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika dengan perubahan paradigma di lingkungan sekolah. Secara umum perubahan paradigma di lingkungan saya menuntut semua warga sekolah untuk memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan tepat, karena mereka harus dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip paradigma pengambil keputusan.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid dapat memiliki pengaruh yang positif bagi proses dan hasil pembelajaran. Pengajaran yang memerdekakan murid adalah pengajaran yang memberikan kesempatan dan tanggung jawab kepada murid untuk terlibat aktif dalam pembelajaran mereka sendiri, dengan bantuan dan bimbingan dari guru. Selain modul ini saya juga mendapatkan materi tentang pembelajaran berdeferensiasi yang mana serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Untuk memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda, guru perlu melakukan beberapa hal berikut:

  • Mengenal karakteristik murid secara individual dan kelompok, seperti kesiapan belajar, minat, gaya belajar, profil belajar, dan latar belakang sosial budaya murid.
  • Menyusun kurikulum yang fleksibel dan diferensiasi yang dapat disesuaikan dengan karakteristik murid tersebut.
  • Memberikan pilihan kepada murid dalam hal topik, metode, sumber, atau produk pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mereka.
  • Memberikan umpan balik yang konstruktif dan formatif kepada murid untuk membantu mereka mengembangkan potensi mereka.
  • Melibatkan murid dalam penilaian diri dan rekan sejawat untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab mereka terhadap pembelajaran mereka.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran dapat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran dapat memengaruhi lingkungan belajar, pengalaman belajar, dan kemajuan akademik murid-muridnya. Selain itu, keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran juga dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis, perkembangan sosial, dan emosional murid-muridnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang pemimpin pembelajaran untuk mempertimbangkan dengan cermat dampak dari setiap keputusan yang diambil terhadap murid-muridnya.

Bagi murid seorang guru bisa dijadikan sosok teladan atau seseorang yang bisa memotivasinya dalam menentukan masa depannya. Sangat berdampak positif jika sosok yang diidolakannya bisa mengambil keputusan yang bijaksana dan tepat. Tentu tidak hanya itu seorang pendidik juga harus menjadi teladan dalam kehidupan dan kegiatannya. Karena murid secara lansung dan tidak lansung bisa menilai apa yang dilakukan panutannya. Yang sesuai dengan koneksi antar materi modul 3.1.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran materi modul koneksi antar materi modul 3.1 ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari materi pemahaman pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin pembelajaran adalah:

  • Dalam mengambil keputusan dalam kasus dilema etika bisa menggunakan 9 langkah mengambil keputusan. Berikut langkah-langkahnya Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, Pengujian benar atau salah, Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, Melakukan Prinsip Resolusi, Investigasi Opsi Trilema, Buat Keputusan, dan Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.
  • Dalam implementasinya jika langkah-langkah pengujian sudah ada jawaban sampai langkah ke 4 maka itu adalah bujukan moral. Tetapi kalau masih belum ditemukan keputusan maka itu adalah dilema etika. Sehingga dalam menjalankan praktek ini hendaknya dilakukan secara berurutan.
  • Dalam mengambil keputusan saya akan memilih keputusan yang paling kecil dampak dari dua keputusan yang sama-sama benar.
  • Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin pembelajaran membutuhkan komitmen dan konsistensi dari pemimpin pembelajaran untuk menjalankan nilai-nilai tersebut dalam setiap tindakan dan keputusan yang dibuat.
  • Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin pembelajaran juga membutuhkan komunikasi dan kolaborasi yang efektif antara pemimpin pembelajaran untuk memastikan bahwa semua pihak memiliki pemahaman yang sama tentang nilai-nilai tersebut dan dampaknya terhadap pendidikan. Atau dengan kata lain bisa ditemukan jalan keluarnya melalui komunikasi yang positif.

Keterkaitan dari pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dengan pemenuhan kebutuhan murid, pembelajaran sosial emosi, coaching untuk supervisi akademik, budaya positif dan filosofi Ki Hajar Dewantara adalah sebagai berikut:

  • Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan harus mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan murid secara holistik, yaitu kebutuhan kognitif, afektif, psikomotorik, sosial, dan spiritual. Keputusan yang dibuat harus dapat memberikan kesempatan dan tantangan bagi murid untuk mengembangkan potensi dan bakat mereka sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
  • Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan harus memperhatikan pembelajaran sosial emosi murid, yaitu pembelajaran yang membantu murid mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri dan orang lain, serta membina hubungan yang positif dan harmonis dengan orang lain. Keputusan yang dibuat harus dapat mendukung pengembangan keterampilan sosial emosi murid, seperti empati, komunikasi, kolaborasi, dan berkarakter sesuai dengan profil pelajar pancasila.
  • Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan harus melakukan coaching untuk supervisi akademik guru, yaitu proses bimbingan dan dukungan profesional yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Keputusan yang dibuat harus dapat memberikan umpan balik yang konstruktif dan formatif kepada guru, serta mendorong guru untuk melakukan refleksi dan perbaikan berkelanjutan.
  • Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan harus mengacu pada filosofi Ki Hajar Dewantara, yaitu filosofi pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia. Keputusan yang dibuat harus dapat menerapkan prinsip-prinsip filosofi Ki Hajar Dewantara, seperti ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan), ing madya mangun karsa (di tengah membangun semangat), tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika adalah situasi yang menimbulkan konflik antara dua atau lebih nilai, prinsip, atau tindakan yang sama-sama dianggap benar, tetapi tidak dapat dipenuhi secara bersamaan sehingga membutuhkan sebuah keputusan yang sulit. Bujukan moral adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan nilai atau prinsip tertentu yang tentunya melanggar hukum.

Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin , kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Paradigma individu lawan masyarakat (individual vs community), yaitu konflik antara kepentingan pribadi atau kelompok kecil dengan kepentingan orang lain atau kelompok yang lebih besar. Paradigma keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), yaitu pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang. Paradigma kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), yaitu pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia sebagai rasa tanggung jawab kepada orang lain. Paradigma jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), yaitu pilihan antara yang nampak terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

Dari 4 paradigma dan 3 prinsip tersebut termasuk dalam 9 langkah untuk pengambil keputusan. 9 langkah ini termasuk alat bantu atau metode untuk menguji sebuah permasalah baik berupa bujukan moral atau dilema etika. Semakin sering menerapkan metode ini akan mengasah keterampilan dan kemampuan intuisi dalam menghadapi situasi permasalah. Dalam prosesnya dilaksanakan secara berurutan jika sudah ditemukan solusi atau keputusan sampai langkah ke 4 maka itu adalah kasus bujukan moral jika belum ditemuan keputusannya makan bisa dilanjutkan sampai langkah ke 9 dan itu adalah dilema etika.

Moral tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai kebajikan karena biasanya mengikuti dari kebiasaan dan bisa menjadi budaya. Maka saya harus berpegang teguh terhadap tiga unsur dalam mengambil keputusan. Selain itu dalam memutuskan dilema etika harus memperhatikan dampak atau resiko yang paling kecil yang mungkin akan timbul. Caranya dengan melakukan komunikasi yang efektif atau kompromi dengan pihak-pihak yang berhubungan sehingga ditemukan titik tengah solusi.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan yang situasinya benar melawan benar, saya berpikir saat itu hanya untuk memenuhi kebutuhan murid dalam pengambil keputusan saya. Kebetulan saat itu saya menjadi kepala program keahlian sehingga disaat-saat tertentu membutuhkan pengambilan keputusan yang situasinya hampir sama dengan modul ini. Bedanya setelah mempelajari modul ini saya bisa lebih bisa mempertimbangkan keputusan saya terutama harus memenuhi 3 unsur yaitu berpihak kepada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dan bisa mempertanggung jawabkan.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari konsep ini saya merasa lebih percaya diri dalam menghadapi situasi yang dilema antara benar melawan benar. Dalam setiap pengambil keputusan saya akan menerapkan 9 langkah pengambil keputusan dengan benar. Memang tidak mudah tetapi kalau diterapkan dalam kegiatan sehari-hari maka kan menjadi kebiasaan dan akan mengasah kemampuan saya dalam mengambil keputusan yang bijaksana dan sesuai. Sehingga keputusan saya tidak ada yang dirugikan minimal berdampak sangat minim. Dan itu semua butuh pengalaman dan dilakukan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi ini yang saya butuhkan selama ini terutama saya sebagai seorang individu, pemimpin di kelas dan kebetulan menjadi kepala program keahlian. Dengan mempelajari modul ini saya mempunyai pegangan dan keyakinan bahwa tindakan dan keputusan yang saya ambil mempunyai dasar yang kuat sehingga saya tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan yang bijak dan tepat. Saya sangat bersyukur ada didalam bagian pelatihan ini terutama dalam materi ini, dengan mempelajari materi ini wawasan, pengetahuan, dan pengalaman saya semakin bertambah dan untuk meningkatkan kemampuan saya ini saya akan selalu berusaha untuk berlatih dan menerapkan dalam kegiatan saya. Dan saya yakin bisa melakukannya.

Demikian tugas koneksi antar materi modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Mohon maaf jika ada kekurangannya dan jika berkenan beri masukan untuk perbaikan kedepannya.

Terima kasih.
Budi Irawan

Baca juga artikel: Gambaran Murid Dimasa Depan